UNGGUL KREATIVE INOVATIF RELIGIUS DAN ANDAL

UNGGUL KREATIVE INOVATIF RELIGIUS DAN ANDAL (UKIRAN)

Sabtu, 21 Mei 2011

Artikel 2 Kepribadian Guru yang Sehat dan Tidak Sehat


KEPRIBADIAN GURU YANG SEHAT DAN TIDAK SEHAT

I.   Pendahuluan
Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang amat penting. Louise Moqvist (dalam Sudradjat, 2007) mengemukakan bahwa “competency has been defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work.. Sementara itu, dari Trainning Agency sebagaimana disampaikan Len Holmes (dalam Sudradjat, 2007) , menyebutkan bahwa : ” A competence is a description of something which a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behaviour or outcome which a person should be able to demonstrate.”
Dari kedua pendapat di atas kita dapat disimpulkan bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seharusnya dapat ditampilkan atau ditunjukkan.
Agar dapat melakukan sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan.
Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :
(1)   Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik.
(2)   Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian.
(3)   Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat.
(4)   Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.
Tulisan ini akan membatasi pada salah satu kompetensi tersebut di atas yakni kompetensi kepribadian guru yang mencakup pandangan struktural tentang kepribadian, kepribadian yang sehat dan yang terganggu  serta ciri-ciri nya. Dengan harapan kiranya tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi para guru maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pendidikan.
II.  PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Struktural tentang Kepribadian
Pandangan struktural tentang kepribadian menurut Teori Psiko dinamis Freud (dalam Arief, 2006:17-21) mengatakan bahwa struktur kepribadian terdiri atas tiga komponen, yaitu: Id, Ego dan Superego.
2.1.1 Id
Id adalah komponen kepribadian yang paling primitive. Id sendiri terletak di ketidaksadaran, sehingga tidak bersentuhan langsung dengan realitas. Id adalah bagian dari kepribadian yang mengubah insting-insting biologis rmenjadi fantasi yaitu representasi mental dan insting. Dari hasil kerja Id muncul berbagai hasrat dan dorongan (drive) dasar yang kemudian menggerakkan tingkah laku. Dua dasar yang utama adalah dorongan seks dan dorongan agresi.
Struktur kepribadian yang bertugas mensublimasikan dan mengarahkan berbagai dorongan yang dihasilkan Id, agar tidak bertentangan dengan realitas adalah ego.



2.1.2 Ego
Ego adalah struktur kepribadian yang bersentuhan langsung dengan realitas. Fungsi utama adalah mengatur interaksi antara dunia internal individu dengan realitas eksternal. Ia harus menjembatani sedemikian rupa agar interaksi antara realitas internal dan realitas eksternal berlangsung dengan mulus.
2.1.2 Super Ego
Superego adalah struktur kepribadian (bagian dari dunia internal kita) yang mewakili nilai-nilai realitas eksternal. Fungsi superego adalah mendorong individu untuk mematuhi nilai-nilai yang berlaku di realitas eksternal tersebut , sehingga menghindari konflik antara individu dengan realitas eksternal.
2.1.4 Dinamika antara Id, Ego dan Super Ego
Dengan terbentuknya ketiga struktur Id, Ego dan Super Ego kepribadian memiliki perlengkapan yang lengkap untuk menjalankan fungsinya untuk menjaga dialektika antara diri dengan realitas eksternal.
2.2 Kepribadian yang Sehat
Bilamana ada dinamika yang harmonis di antara ketiga struktur kepribadian ini, maka dapat bekerja dengan baik, sehingga dikatakan bahwa kepribadian seperti itu adalah kepribadian yang sehat. Individu akan mampu mencapai keinginan-keinginannya secara memuaskan., dengan konflik yang minimal. Dan dalam kepribadian yang sehat, akan terjadi sublimasi terus-menerus sehingga orang akan menikmati estetika, budaya dan bahkan semakin mencari kenikmatan rohani.
2.3 Kepribadian yang Tidak Sehat/Terganggu
Sebaliknya dari kondisi di atas, bila dinamika di antara ketiga struktur kepribadian ini tidak harmonis, dan banyak konflik di antara ketiganya, maka kepribadian akan sulit bekerja dengan baik. Kepribadian akan mengalami gangguan. Dalam kepribadian yang terganggu, sublimasi sulit terjadi, sebaliknya yang terjadi adalah regresi yaitu kemunduran fungsi kepribadian. Misalnya seseorang yang sudah umurnya, menanggapi berbagai situasi dalam hidupnya dengan cara-cara yang kekanak-kanakan. Cara-cara tersebut tentu saja tidak efektif.
2.4 Ciri-ciri Kepribadian Guru yang Sehat dan Tidak Sehat
Demikian pula pada individu guru memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf dalam Sudradjat, 2007) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
1) Kepribadian yang sehat memiliki ciri-ciri : mampu menilai diri sendiri secara realisitik, mampu menilai situasi secara realistic, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistic, menerima tanggung jawab, kemandirian, dapat mengontrol emosi, berorientasi tujuan, berorientasi keluar (ekstrovert) dan penerimaan sosial
2) Kepribadian yang tidak  sehat memiliki ciri-ciri : mudah marah, menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan, sering merasa tertekan (stress atau depresi), bersikap kejam, ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang, kebiasaan berbohong, hiperaktif, bersikap memusuhi semua bentuk otoritas, senang mngkritik/ mencemooh, sulit tidur, kurang rasa tanggung jawab, sering mengalami pusing, kurang  memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama, pesimis dan kurang bergairah
II.  KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat kita pahami bahwa ketika seorang guru berhadapan dengan peserta didiknya di kelas,  dia dihadapkan dengan realitas  dunia anak. Dengan demikian diperlukan pendidikan khusus bagi para guru, agar bisa bersikap profesional seperti yang diamanahkan dalam peraturan pemerintah tersebut.
Dalam kaitan ini, ada yang disebut dengan pendidikan soft skill yang bertumpu pada pembinaan mental (stabil mentalnya, dewasa, bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik, dan peka terhadap realitas lingkungannya). Pendidikan soft skill menjadi kebutuhan penting pendidikan nasional. Guru akan menjadi teladan bagi siswa, yang meliputi bagaimana guru terampil dalam menerapkan manajemen diri (berkomunikasi, memimpin, membina hubungan dengan orang lain, dan mengembangkan diri).

Sumber :
Sudrajat, Akhmad. 2007. Kepribadian Individu,Gangguan dan Terapinya. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/konseling/ kepribadian-r/). 5 Januari 2006.
Arief, Iman Setiadi. 2006. Dinamika Kepribadian. PT. Refika Aditama:Bandung.
…2006. Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,. Jakarta:Depdiknas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar